Selasa, 11 Desember 2007

Tingkah Laku Pemijahan Biota akuatik

Laporan Praktikum

M.K Fisiologi Reproduksi

Tingkah Laku Pemijahan Biota akuatik

Abstrak

Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui tingkah laku atau proses yang dilakukan beberapa biota akuatik dalam pengembangan budidaya. Dengan mengetahui tingkah laku pemijahan, terutama dari perikanan budidaya, kita dapat megetahui spesies mana yang sudah siap untuk memijah dengan melihat tingkah laku maupun morfologinya. Perilaku pemijahan dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu proses matting, proses spawning, dan proses pasca spawning. Beberapa spesies akuatik yang dipergunakan untuk melihat perilaku pemijahan adalah ikan mas, ikan nila, ikan lele, ikan mas koki, kura-kura, lobster air tawar, dan hiu.

Kata Kunci

Proses Pemijahan Biota Akuatik


Pendahuluan

Dalam suatu kolom perairan, suatu spesies dari lingkungan akuatik pasti melakukan suatu kegiatan yang namanya perkawinan atau biasa disebut dengan pemijahan. Proses pemijahan adalah proses yang ditunjukan oleh suatu spesies dalam bentuk tingkah laku dalam melakukan perkawinan. Secara umum proses pemijahan biota akuatik dibagi dalam beberapa tahapan, yaitu proses matting, proses spawning, dan proses pasca spawning.

Dalam melakukan pemijahan, diperlikan syarat agar pemijahan dapat terjadi, yaitu individu harus matang gonad. Dengan matang gonad, maka individu tersebut siap untuk melakukan proses pemijahan. Tingkat kematangan gonad dari suatu individu berbeda-beda pada tiap spesies dan dapat ditunjukan dengan melihat alat kelamin ataupun morfologi dari tubuh spesies tersebut.

Tujuan praktikum kali adalah agar praktikan mengetahui ciri-ciri matang gonad serta tingkah laku yang ditunjukan saat proses pemijahan suatu spesies akuatik.

Metodologi

Praktikum kali ini dilakukan pada hari Rabu pada tanggal 12 September 2007 pukul 07.00-10.00 yang bertempat di Laboratorium Genetika, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur kerja yang dilakukan adalah dengan melihat slide-slide yang ditayangkan dengan menggunakan laptop di laboratorium. Beberapa spesies yang diperlihatkan adalah ikan mas, ikan lele, ikan nila, ikan cupang, ikan maskoki, kura-kura, lobster, dan ikan hiu.

Hasil dan Pembahasan

1. Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila adalah jenis ikan Sychlidae yang bertipe mouthbreeder yang artinya menjaga telur di dalam mulut sampai menetas. Ciri-ciri kelamin dari ikan nila yang sudah matang gonad adalah berumur 1 tahun dan pada kelamin memerah pada kedua induk. Pada jantan kelaminnya tidak lancip, sedangkan pada betina lancip dengan perut membuncit dan ketika ditekan akan keluar sel telur berwarna kuning. Hal ini diikuti dengan tingkah laku jantan yang aktif dan betina yang pasif (Suyanto, 1994).

Proses perkawinan diawali dengan jantan yang membuat cekungan sebagai tempat persiapan fertilisasi. Setelah itu, jantan mencari betina yang sudah siap kawin. Ketika keduanya sudah bertemu dan cocok, maka keduanya akan memisahkan diri. Jika ada ikan pejantan lain yang mendekat, maka jantan akan mengejar dan menyerang. Setelah itu keduanya saling mencumbu dengan cara berkejar-kejaran. Setelah selesai bercumbu, betina akan melepaskan sel telur pada cekungan yang sebelumnya sudah dibuat dan dibersihkan oleh sang jantan. Setelah itu jantan juga mengeluarkan sperma pada tempat yang sama dan terjadilah fertilisasi eksternal. Setelah pembuahan terjadi, maka betina akan memasukkan telur-telur tersebut ke dalam rongga mulutnya. Setelah itu jantan pergi. Telur-telur ini akan dipelihara di dalam mulut betina selama 3-5 hari sampai menetas. Dan anak-anak ikan nila (burayak) tersebut akan terus dijaga oleh induk betina sampai benar-benar mandiri (Kuncoro, 2003).

2. Lele (Clarias batrachus)

Ikan lele atau ikan keli (Inggris: catfish "ikan kucing"), adalah sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat dari sekitar bagian mulutnya. Ikan lele bersifat nocturnal feeder, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan (Wikipedia, 2007).

Ciri-ciri dari ikan lele yang siap untuk memijah pada jantan adalah Kepala indukan jantan lebih kecil dari indukan ikan lele betina, warna kulit dada indukan jantan agak tua bila dibanding indukan betina, kelamin jantan menonjol, memanjang ke arah belakang, terletak di belakang anus, dan warna kemerahan, gerakan indukan jantan lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng, perut indukan jantan lebih langsing dan kenyal bila dibanding indukan ikan lele betina, bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan lele jantan akan mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa) serta kulit jantan yang lebih halus dibanding betina. Sedangkan cirri-ciri dari ikan lele betina yang sudah siap untuk memijah adalah Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan, warna kulit dada agak terang, kelamin berbentuk oval atau bulat daun, berwarna kemerahan, lubangnya agak lebar, letaknya di belakang anus, gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung, perutnya lebih gembung dan lunak, bila diurut dari bagian perut ke arah ekor indukan betina akan mengeluarkan cairan kekuning-kuningan berupa sel ovum (Wolfgang, 2007).

Proses pemijahan diawali dengan berenangnya betina mendekati jantan. Keduanya melakukan sentuhan tubuh secara berkali-kali. Setelah itu mereka berdua menciptakan pergerakan dengan cara mengibaskan ekor mereka. Keduanya lalu bekerja sama menggali lubang pada kerikil yang bersih sampai diameternya mencapai 30 cm. Proses mating bias terjadi berkali-kali, sehingga secara keseluruhan proses reproduksi ikan lele bisa berlangsung selama 20 jam. Dalam porses matting betina mendorong kepala mereka ke pusat tubuh jantan sampai pada keadaan seperti terikat. Keduanya tetap dalam posisi ini dalam 10 menit sampai betina lepas dari ikatan. Hal ini akan terjadi secara berulang sampai betina membuat lubang sebagai tanda siap untuk mengeluarkan sel telur. Setelah lubang dibuat, maka betina akan bergerak menuju jantan dan mengajaknya ke tempat lubang yang telah dibuat. Setelah itu akan terjadi proses matting lagi kemudian betina akan mengeluarkan telur pada lubang diikuti jantan yang mengeluarkan sperma. Setelah telur dikeluarkan, betina akan membuat lingkaran tempat telur berada, lalu jantan akan menjaga telur-telur tersebut dengan cara berenang di sekitar sarang telur (Wolfgang, 2007).

3. Mas (Cyprinus carpio)

Ikan mas adalah ikan yang umum dikonsumsi oleh banyak orang dan paling banyak pula dibudidayakan oleh masyarakat. Ikan ini banyak dibudidayakan karena cepat tumbuh dan relatif mudah. Untuk mengetahui jantan dan betina dapat dilakukan dengan cara yang sederhana. Untuk ciri kelamin primer, ikan jantan memiliki dua saluran di belakang sirip anal, yaitu anus dan urogenital dan alat kelaminnya terlihat menonjol. Sedangkan pada betina memiliki tiga saluran, yaitu anus, genital, dan ureter danalat kelaminnya terlihat memerah saat matang gonad. Untuk ciri kelamin sekunder, ikan jantan terlihat lebih ramping dengan ekor lebih panjang dan lebar dibanding dengan ikan betina yang perutnya lebih gemuk (Lingga, 2002). Pada saat pengamatan praktikum berlangsung pun didapat hasil yang sama seperti pernyataan Lingga (2002) dan tidak ada hasil yang menyimpang sedikitpun.

4. Cupang (Betta splendens)

Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias air tawar. Akan tetapi ikan ini lebih sering dikenal sebagai ikan aduan. Kematangan gonad dari ikan cupang ini dilihat dari banyaknya bintik hitam yang terdapat pada sirip punggung jantan. Jika bintik hitam banyak, maka ikan cupang jantan sudah siap untuk melakukan pemijahan. Selain itu ikan jantan akan terlihat sibuk dalam mempersiapkan sarang tempat penetasan telur. Umur cupang yang siap untuk melakukan pemijahan adalah 6-7 bulan. Sedangkan pada betina , ciri-ciri kematangan gonad dilihat dari besarnya perut betina (Daelami, 2001).

Proses pemijahan cupang diawali dengan sibuknya ikan jantan mengeluarkan buih busa dari mulutnya lalu diletakkan pada permukaan sebagai sarang telur. Setelah itu pejantan akan mencari betina yang siap untuk dijadikan pasangan. Setelah didapatkan pasangan yang cocok, maka betina akan mengeluarkan sel telur diikuti dengan pelepasan sel sperma oleh jantan lalu terjadilah fertilisasi eksternal. Telur yang sudah dibuahi akan dibawa oleh jantan menuju buih yang ada di permukaan. Dalam masa sampai penetasan, ikan jantan akan menjaga telur sampai benar-benar menetas, bahkan sampai anakan cupang tersebut mandiri. Jika ada buih yang pecah, maka jantan akan segera membuat buih busa yang sama sehingga telur benar-benar bisa menetas (Daelami, 2001).

4. Maskoki (Carasius auratus)

5. Kura-Kura (Chelodina sp.)

Kura-kura berbeda dengan penyu. Kura-kura hidup di darat, sedangkan penyu hidup di laut. Dari bentuk tangan atau kaki berbeda. Ciri khas dari kura-kura adalah batok atau tempurung sebagai tempat berlindung. Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Ciri-ciri dari kura-kura yang matang gonad adalah umurnya berkisar antara 2-5 tahun pada jantan dengan panjang 4 inch dan 5-7 tahun pada betina dengan panjang 6-7,5 inch sehingga bisa dikatakan betina lebih besar dari jantan. Setelah itu pada jantan ekor belakangnya memanjang yang digunakan dalam proses percumbuan. Selain itu, kuku-kuku pada ruas kakinya pun memanjang dan lagi-lagi hal tersebut digunakan dalam proses percumbuan (Smither, 2002).

Proses matting pada kura-kura diawali dengan pencarian pasangan betina yang cocok. Proses ini terjadi di dalam air. Pada betina jantan akan mengibaskan ekor-ekor mereka yang panjang di hadapan betina. Jika merespon, maka betina akan berenang menuju jantan lalu ke belakang untuk melakukan proses matting. Selesai proses matting jantan akan mengajak betina ke darat untuk kawin. Setelah itu jantan akan menggenggam atau mencengkram bagaian karapas betina dengan menggunakan kuku mereka lalu membengkokkan ekor mereka di bawah betina. Proses ini terjadi selama 15 menit (Smither, 2002).

Setelah proses perkawinan selesai betina akan mencari tanah dan menggali tanah sekitar 2-4 inch sebagai sarang telur. Telur yang dilepaskan sekitar 4-23 buah. Setelah semua telur dilepaskan maka sarang telur tersebut akan ditutup kembali dan telur akan menetas dalam jangka waktu 2-2,5 bulan (Smither, 2002).

6. Lobster Air Tawar (Cherax quadricarinatus)

Lobster air tawar terdapat berbagai jenis. Jenis yang terkenal adalah red claw. Lobster ini dinamakan demikian karena terdapat bercak merah pada capitnya. Yang menarik dari lobster dan berbagai jenis udang-udangan lainnya adalah kemampuan untuk berganti kulit kerangka luar yang disebut proses moulting. Ciri-ciri yang ditunjukkan ketika matang gonad adalah tanda merah pada bagian luar kedua ujung capitnya. Tapi warna merah ini tidak terbentuk bila capitnya masih kecil. Umumnya dengan ukuran 3 inch atau 7,5 inch sudah mulai terlihat pada lobster jantan. Yang bisa membuat kepastian adalah dilihat dari kakinya. Kelamin jantan juga terlihat sepasang tonjolan dengan jelas pada kaki yang paling mendekati ekor. Jika hanya satu maka disebut intersex. Pada kelamin lobster Red Claw, tidak ada tanda merah pada kedua capitnya. Tanda kelamin betina ditandai dengan adanya dua bulatan pada kaki ke tiga baik dihitung dari atas maupun dari ekor. Sama halnya dengan jantan, kelamin betina juga harus sepasang (Lim, 2006).

Proses pemijahan indukan jantan yang sedang birahi akan kelihatan aktif dan gelisah mendekati dan berkejar-kejaran dengan betina yang akan dipijah. Biasanya jantan akan bertingkah laku persisnya seperti kalajengking yang ekor dan capitnya diangkat sehingga tidak menyentuh dasar kolam. Bila ada indukan lain yang mendekatinya akan diusir oleh indukan jantan.Bila pada Indukan betina yang matang gonadnya dan akan birahi, betina tersebut akan telihat aktif membersihkan badannya (abdomen) dengan pasangan kaki ke empat dan kelima, terutama kaki renangnya atau pleopods. Betina tidak mudah menerima semua jantan yang akan memijahinya, bila jantan yang kelihatannya tidak kuat atau gagah. Jantan yang mempunyai capit tidak lengkap akan lebih sulit diterima oleh betina. Lain halnya dengan betina yang mempunyai capit yang tidak lengkap. Betina yang hanya memiliki satu capit saja diyakini lebih mudah dipijahi oleh indukan jantan. Proses pemijahan lobster ini berlangsung beberapa kali hingga terjadinya pembuahan. Dalam proses pemijahan indukan betina akan membalikan badan hingga terlentang dan indukan jantan akan menaikinya dengan kedua capit mencapit capit indukan betina. Indakan jantan akan mengeluarkan spermanya dan indukan betina akan mengeluarkan indung telurnya ke badan indukan betina. Sperma dan indung telur yang ada pada badan indukan betina akan langsung dilipat oleh indukan betina rapat-rapat hingga kipas ekornya menyentuh kaki kelima(Lim, 2006).

7. Hiu (Carcharinus sp.)

Ikan hiu adalah salah satu dari spesies Elasmobranchii. Ikan hiu dapat tumbuh menjadi sangat besar dan panjang mencapai 255 cm. Ciri-ciri ikan hiu yang matang gonad adalah mempunyai panjang 130-145 cm pada jantan dan 120-135 pada betina. Selain itu pada jantan terdapat pemanjangan clasper pada sirip anal sebagai organ reproduksi (Godknecht, 2004).

Ikan hiu melakukan pemijahan dengan cara fertilisasi internal. Ketika betina siap kawin ,maka betina akan mengeluarkan zat feromon sebagai zat penarik perhatian atau perangsang untuk jantan. Ketika jantan mencium zat tersebut, maka jantan akan mengejar betina dan menangkapnya dengan giginya (Karleskint, 1998). Hal ini akan menyebabkan luka pada betina, tetapi kulit betina lebih keras sehingga kulit mereka tetap terlindung. Setelah menemukan posisi yang tepat, maka clasper jantan akan dipenetrasikan ke dalam kloaka betina. Penetrasi ini terjadi secara vertical dan akan berlangsung selama kurang lebih 2 menit. Setelah itu jantan akan terbaring di dasar lautan selama I menit lalu kemudian berenag ke lautan yang lebih dalam (Godknecht, 2004).



Kesimpulan

Berbagai jenis spesies akuatik banyak yang dapat dimanfaatkan ke dalam berbagai hal, baik sedagai konsumsi ataupun hanya sebagai hias. Di dalam kegiatan budidaya perlu dilakukan kegiatan yang kedepannya diharuskan untuk menemukan perkembangan yang lebih maju. Dalam pemilihan induk yang berkualitas diperlukan pemahaman tentang ciri-ciri kelamin, baik primer maupun sekunder sehingga dapat diketahui spesies tersebut jantan atau betina. Dengan begitu kita dapat mengetahui induk mana yang sudah matang gonad dan siap untuk memijah.

Daftar Pustaka

Daelami, D. 2001. Usaha Pembenihan Ikan Hias Air Tawar. Jakarta : Penebar Swadaya.

Godknecht. 2004. Charcarinus. www.animaldiversity.com (21 Sptember 2007).

Karleskint, G. Jr. 1998. Introduction to Marine Biology. U.S.A : College Publishy.

Kuncoro, E.B. 2002. Ikan Siklid. Jakarta: Penebar Swadaya.

Lim, 2006. Lobster Air Tawar. www.budidayalobsterairtawar.com (21 September 2007).

.Lingga, P. 2002. Ikan Mas Kolam Air Deras. Jakarta : Penebar Swadaya.

.Sommer, W. 1993. Tropical Fish. U.S.A : T. F. H. Publication.

Smither, B. 2002. Red Eared Turtle. www.animaldiversity.com (21 September 2007).

Suyanto, R. 1994. Nila. Jakarta ; Penebar Swadaya.

Wikipedia. 2007. Lele. Jakarta: Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. www.wikipedia.org (12 April 2007).

Wolfgang, R. 2007. Catfish. www.planetcatfish.com (21 September 2007).

Tidak ada komentar:

Google